Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

KETIKA GURU BERTERIAK

artikel ini diterbitkan di Harian Waspada 16 September 2013 “ Masih adakah guru tersisa dan berapa guru yang masih kita miliki?” seperti itu mungkin pertanyaan dari seorang Kaisar Hirohito (1945) kepada para punggawanya ketika melihat Kota Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak akibat bom atom yang dijatuhkan Amerika dan sekutunya. Kekalahan dalam perang dunia II memporak-porandakan Jepang. Banyak petinggi negara yang melakukan hara-kiri, bunuh diri. Mereka malu akan kekalahan yang sangat memalukan bagi mereka. Pemerintah Jepang harus melakukan inventarisasi terhadap aset dan sumber daya yang mereka miliki. Pemikiran seorang pemimpin yang bernas dan brilian, demikianlah cara berpikir seorang negarawan. Kekurangan sumberdaya manusia hanya bisa dipenuhi oleh para guru.   Dan dalam perjalanan sejarah Jepang, pertanyaan pundamental seorang   Kaisar Hirohito tersebut menjadi awal kebangkitan ekonomi, militer dan pendidikan di negeri sakura tersebut. Lain lubuk lain pula ikann

Bolehkah Guru Marah??

Gambar
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman: 19). Pengalaman di dalam kelas, Suatu hari sang guru bertanya kepada siswa-siswanya. "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"Seorang siswa setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab : "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."Sang guru balik bertanya : "Tapi... lawan bicaranya justru berada disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"Hampir semua siswa memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata :Ketika kedua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walaupun secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu,

ARIEL "NOAH" IKON PENDIDIKAN ???

Gambar
Patut diacungkan jempol atas kepedulian swasta thd dunia pendidikan. Banyak program program yang dimobilisasi untuk mensinergiskan dunia usaha xan pendidkan. Perlu diingat juga sebenarnya bisnis dan pendidikan itu dua irisan ygberbeda. Bisnis identik dgn rugi dan untung. Pendidikan merubah yg buruk menjadi baik ( karakter). Strategi bisnis yg menjadikan sekolah sbg pangsa pasar bukanlah hal yg asing saat ini, karena warga sekolah merupakan calon konsumen yg massif. Tap alangkah baiknya strtegi yg disusun inveztor tsb tetap memandang nilai luhur pendidikan. Apa yg dilakukan PT. XL AXIATA dgn program Edu.net nya sebuah trobosan baru dlm strategis bisnis. Dan cukup disayangkan strategi bisnis tsb tidak diikuti dgn pemahaman yang utuh ttg pendidkan. Terlebih dgn keberanian PT. Xl axiata menampilkan ikon ARIEL NOAH sebagai ikon publik dlm program ini. Semua tahu tg Ariel Noah, nenek, ibu rumah tangga, anak anak juga menonton infotaintment yg dulunya secara gamblang mengumbar kasus asusil

UNTUK GURU : SUDAH PROFESIONALKAH KITA?

Gambar
Pendahuluan     Permasalahan belajar sebenarnya memiliki kandungan substansi yang “misterius’. Berbagai macam teori belajar telah ditawarkan para pakar pendidikan dengan belahar dapat ditempuh secara efektif dan efisien, dengan implikasi waktu cepat dan hasilnya banyak. Namun, sampai saat ini belum ada satupun teori yang dapat menawarkan strategi belajar secara tuntas. Masih banyak persoalan-persoalan belajar yang belum tersentuh oleh teori-teori tersebut.       Kompleksitas persoalan yang terkait dengan belajar inilah yang menjadi penyebab sulitnya menuntaskan strategi belajar. Ada banyak faktor yang mesti dipertimbangkan dalam belajar, baik yang bersifat internal maupun yang eksternal. Diantara sekian banyak faktor eksternal terdapat guru yang sangat berpengaruh terhadap siswa. Sukses tidaknya para siswa dalam belajar di sekolah, sebagai penyebab tergantung pada guru. Ketika berada di rumah, para siswa berada dalam tanggung jawab orang tua, tetapi di sekolah tanggung jawab