PENDIDIKAN DI AMERIKA LATIN DARI KOLONIALISME HINGGA NASIONALISME oleh Tuah Manurung

Evolusi Republik
Istilah “Amerika Latin” yang dipakai disini mencakup Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, keseluruhannya terdiri dari 20 Negara merdeka yang berpenduduk lebih dari 200 Juta jiwa. Kawasan ini mencakup suatu daerah yang luasnya kira-kira 2 setengah kali luas Amerika Serikat dan terbentang mulai dari garis 35’ Lintang utara sampai dengan 55’ Lintang Selatan. Meskipun beberapa kawasan di Brasil Tenggara, Uruguay, dan kebanyakan wilayah Argentina memiliki program pendidikan dan industri yang cukup maju, sebagian besar Negara di Amerika Latin diukur dari pendapatan per kapita, tingkat melek huruf, atau tingkat standar hidup, termasuk dalam kategori terbelakang.

Kebijakan Kolonial
Tak lama setelah eksplorasi awal ke Dunia Baru, para conquistador dari Spanyol mulai menancapkan kekuasaannya di wilayah Karibia, Meksiko,dan Peru. Mereka yang tinggal menetap kemudian dikenal sebagai orang Amerika “Spanyol” (“Spanish” Amerika ). Tahun 1500 teretori Brazil yang amat luas menjadi koloni Portugal. Adat kebiasaan Iberia menyerbu dengan cepat tanpa mengindahkan kebudayaan Aztec, Maya,Inka, dan Kelompok masyarakat Indian lain yang sudah maju di meksiko, Amerika Tengah dan Peru. Kekuasaan Pribumi Runtuh, Kepercayaan pribumi secara resmi diganti dengan agama Katolik, dan demi kepentingan pemerintah dan perdagangan, bahasa pribumi diganti dengan bahasa Spanyol dan Portugis. Selama masa kolonial, “orang-orang kulit Putih” merupakan suatu aristokrasi social yang mendominasi posisi di Gereja, Militer, system ekonomi dan Pemerintahan.

Ketiadaan perselisihan antar aliran religius menjadikan Gereja Katolik mendapatkan Wibawa besar wilayah kolonial Amerika Latin, Gereja merupakan Perlambang agama baru, pelindung rakyat Indian, sekaligus nenek moyang kebudayaan Eropa. Dalam upayanya melindungi orang Indian dari ketamakan para pejabat dan tuan tanah, Gereja terkadang menghadapi konflik dengan penguasa sekuler. Namun, secara keseluruhan upaya Gereja dan raja bersifat saling melengkapi. Gereja menarik pengikut-pengikut baru dan melakukan pekerjaan amal yang tidak dapat dilakukan lembaga lain. Pada gilirannya Gereja tumbuh semakin kaya dan berpengaruh, sementara itu usaha keras kaum kolonialis dibidang perdagangan, pertanian,dan pertambangan pun terbukti membuahkan hasil.

Fungsi pendidikan yang dijalankan Gereja mengantarkan pengenalan bahasa dan tradisi orang Eropa kepada orang Indian serta mendirikan berbagai macam institusi pendidikan. Menjelang akhir Abad 16, pendeta-pendeta Katolik dari Ordo Benedictine, Franciscan, dan Jesuit aktif mendirikan sekolah untuk kaum pribumi maupun kaum Kolonial. Beberapa pemimpin Pendidikan katolik yang filosofinya sangat progresif menyerukan hal-hal seperti pendirian sekolah bagi semua orang tanpa memandang kelas maupun ras, memperkenalkan subjek dan metode Ilmiah, serta mempererat hubungan antara sekolah dengan kehidupan masyarakat.
Upaya pendidikan yang paling signifikan dilakukan oleh serikat Jesuit yang tidak mengenal lelah. Menjelang pertengahan abad 18, kaum Jesuit telah mendirikan 89 kolese dan 32 seminari di Amerika Latin. Sejumlah sekolah dasar didirikan pula untuk mengajarkan agama, seni, dan kerajinan pada kaum Indian; namun dampak pedagogis terkuat diciptakan kaum Jesuit dibidang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Colegio yang mengajarkan kurikulum pendidikan yang berorientasi pada budaya (Liberal arts) tradisional kepada orang Spanyol, Portugis, dan Elite creole, menjadi teladan bagi banyak pendidikan menengah yang didirikan di Amerika Latin.

Posisi paling penting pada pendidikan tinggi juga dipegang oleh kaum Jesuit. University of Mexico (1551), University of San Marcos di Lima (1551), University Of Santiago (1624), dan banyak lagi Institusi terkemuka didirikan oleh serikat Jesuit. Universitas – Universitas tersebut berkarakter sangat skolastik dan banyak dipengaruhi oleh tradisi Bologna, Padua dan Salamanca. Mata kuliah yang diajarkan adalah mata kuliah persiapan untuk profesi tradisional yang “terpelajar”, bekerja dibidang kesusastraan Spanyol, dan sering kali studi terhadap bahasa Indian. Karena system pendidikan di bawahnya tidak ada,beberapa Universitas menyelenggarakan sendiri pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Seperti halnya di Universitas Negara – Negara induk, Mahasiswa yang berhasil di Universitas – Universutas tersebut boleh menerima salah satu gelar berikut : bachelor (setingkat sarjana muda), Licentiate (gelar akademik yang diberikan Universitas tertentu di eropa,setara dengan satu tingkat dibawah gelar doctor), master dan doktor. Meskipun terdapat sensor yang ketat oleh pihak Gereja, selama periode akhir kolonialisasi, tulisan – tulisan Locke, Deskartes, dan Newton merebak di Universitas-universitas dan mengancam monopoli filsafat dan sains Aristotelian-Thomistik. Dampak yang segera muncul dari pengetahuan baru pada kurikulum Universitas ini tidak terlalu menonjol, namun telah berkembang suatu sikap yang meragukan pemerintah. Sikap ini terlihat pada peran revolusioner dari sejumlah lulusan universitas.

Selain sekolah tinggi universitas yang melayani kelompok elite, maka para pendeta setempat pun mendirikan sekolah lain yang diperuntukkan bagi kelas sosial bawah sekolah yang didirikan bagi golongan mestizo dan mulatto mengutamakan bermacam keahlian berniaga , tiga R ( membaca, menulis,dan aritmatika ), dan agama Kristen. Program bagi masyarakat Indian terbatas pada pelajaran agama, bahasa spanyol, dan keterampilan kerajinan tertentu. Untuk mayoritas luas kalangan, dasar-dasar pengetahuan beragama dianggap sudah cukup.

Maka kelebihan dan kekurangan pendidikan di Amerika Latin selama periode kolonial juga merupakan kelebihan dan kekurangan pendidikan di Spanyol dan Portugal. Pendidikan hanya dititik beratkan pada pendidikan tinggi,dan beberapa universitas mendapatkan keistimewaan. Menurut tradisi university of Salamanca, institusi – institusi tersebut bersifat swatantra. Fakultas dan mahasiswanya mendapat banyak perlindungan dan hak istimewa. Pada kadar tertentu, pemikiran liberal banyak berkembang dikalangan anggota fakultas, namun pada akhirnya, kurikulum telah dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan kehendak segelintir kelas cultural. Pemuda-pemuda dari golongan berharta akhirnya melanjutkan pendidikan tinggi di institusi-institusi Eropa yang dianggap bisa memberikan pendidikan terbaik.

Implikasi Kemerdekaan
Professor Thomas memaparkan enam sebab umum terjadinya perang kemerdekaan di wilayah Amerika jajahan Spanyol, yaitu adanya perebutan jabatan dikalangan orang – orang Spanyol, peraturan perdagangan yang merugikan, tingginya pajak, tradisi filosofi sasial baru yang bersifat memberontak, serta teladan dari Revolusi Prancis dan Revolusi Amerika.

Kemerdekaan hanya berdampak kecil pada filsafat social yang mapan. Seperti hal Negara-negara Amerika latin pun gagal mengasimilasikan ide – ide filosofis baru dan berani yang melanda inggris dan Eropa Barat pada abad 17 dan 18. Asumsi tetap bertahan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya tidak sederajat; dan institusi – institusi social dan ekonomi yang ada mencerminkan asumsi ini. Akibat kepentingan persamaan derajat dan berhubungan langsung dengan keterbelakangan yang ada, Amerika Latin pada tingkat yang lebih luas juga ketinggalan konsep baru tentang produksi, yang didramatisir dengan istilah “Revolusi Industri”. Revolusi Industri diperkenalkan di Eropa Utara pada akhir abad 18 dan awal abad 19.

Problem Sosial Kontemporer dan Kebijakan Pendidikan
Ada dua fakta yang menonjol dalam upaya untuk menganalisa masalah cultural dan pendidikan di Amerika Latin. Pertama, Negara – Negara Amerika Latin belum mampu memanfaatkan secara penuh potensi – potensi ekonominya. Kedua, kemajuan di bidang politik, ekonomi, dan pendidikan tidak terdistribusi secara merata (lihat tabel 3 untuk peringkat Negara – Negara berdasarkan data demografis terpilih).
Masalah Ekonomi
Ada tiga faktor yang memiliki relevansi khusus atas permasalahan ekonomi kontemporer Amerika Latin. Pertama, tingkat pertumbuhan penduduk rata – rata tahunan sejak Perang Dunia II sebesar 2,5 persen telah menciptakan beban berat pada kapasitas produksi. Kedua, seperti juga masyarakat di Negara yang terbelakang, masyarakat Amerika Latin telah dipengaruhi oleh apa yang disebut oleh para ekonom dengan “demonstration effect”; yaitu kenginan masyarakat yang telah distimulir oleh terbukanya berbagai sarana komunikasi untuk meningkatkan standar hidup di negara-negara lain yang lebih maju. Ketiga, perekonomian Amerika Latin sangat mengandalkan penjualan komoditas utama yang dipengaruhi fluktuasi harga dipasaran dunia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian Negara-negara Amerika Latin sangat berhubungan dengan kanyataan sosial dan politik yang ada. Kekurangan modal yang menghambat ekspansi industri dan teknik disebabkan oleh tiadanya tradisi (juga kemampuan) penghematan dan investasi pada masyarakat Amerika Latin. Selain itu, struktur perpajakan disebagaian besar negara Amerika Latin disinyalir berpihak pada kelas-kelas kaya; tuan tanah,tuan tanah yang memiliki tanah luas dan golongan pekerja swasta lain hanya sedikit atau sama sekali tidak membayar pajak penghasilan

Masalah Politik Dan Sosial
Fakta yang sering terlupakan namun penting dalam mengamati karakteristik sosial dan ekonomi Amerika Latin adalah sejarah panjang kolonialisme. Amerika Latin memiliki pengalaman kolonialisme yang paling panjang dari wilayah manapun di dunia ; dan keterbelakangan Amerika Latin memiliki “hubungan langsung dengan feodalisme idealis Iberia”. Seperti kawasan kolonial lain yang lebih dulu ada, Amerika Latin menolak industrialisasi pada skala besar, namun uniknya juga menyerap adat kebiasaan dan nilai-nilai Eropa. Dalam hal ini, baik kolonialisme maupun perjuangan panjang kemerdekaan (mula-mula berasal dari negara-negara Eropa, dan berikutnya-menurut beberapa orang Amerika Latin, dari para imperialisme Amerika Utara) telah memberikan identittas politik dan sosial pada wilayah ini.

Keinginan Dan Tujuan
Tujuan utama pendidikan di Amerika Latin sering diarahkan pada pencapaian kebudayaan (la caltura). Dalam pengertian ini, kebudayaan mengisyaratkan pembangunan artistik dan intelektual. Orang yang terpelajar(cultured person) adalah orang yang sopan, memperlihatkan kehalusan budi pekertinya, dan menunjukkan kemampuan verbal yang tinggi. Bisa dilihat bahwa defenisi in merujuk cirri-ciri kalangan kelas atas.
Pasal XII Deklarasi tentang Hak dan Kewajiban Manusia (American Declaration of the Rights and Duties of Man) menjabarkan lebih lanjut hak setiap rakyat Amerika Latin atas penddikan:

Setiap orang berhak memperoleh pendidikan yang harus berlandaskan pada prinsip-prinsip kemedekaan, moralitas, dan solidaritas kemanusiaan.

Demikian pula setiap orang berhak atas pendidikan yang akan mempersiapkannya untuk mencapai kehidupan yang layak, meningkatkan taraf hidup, dan menjadikanya warga negara yang berguna.

Hak berpendidikan meliputi hak memperoleh kesempatan yang sama dalam segala hal, sesuai dengan kemampuan dasar, kecakapan dan keinginan untuk memanfaatkan sumber daya yang diperlukan Negara atau masyarakat untuk dikembangkan.

Setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan,minimal pendidikan dasar, tanpa dipungut biaya.

Sebuah daftar singkat namun komprehensif tentang kebutuhan pendidikan tercantum dalam Perjanjian Bogota(The Act Of Bogota) tahun 1960 dan dimanfaatkan dengan baik sekali sebagai pernyataan tujuan-tujuan khusus. Untuk meningkatakan pendidikan, perjanjian itu menganjurkan agar menaruh perhatian khusus pada:

a. Pengembangan cara-cara modern dalam pendidikan umum untuk memberantas buta huruf;
b. Pemenuhan kebutuhan pelatihan di bidang industri dan ilmu pengetahuan yang diutamakan pada pengalaman kerja, penelitian laboratorium, dan aplikasi pengetahuan praktis untuk membantu memecahkan permasalahan social dan ekonomi;
c. Perlunya mengajarkan tidak hanya mata pelajaran dasar disekolah pedesaan, tetapi juga mata pelajaran dibidang pertanian, kesehatan, sanitasi, gizi, dan cara-cara memajukan rumah tangga dan masyarakat;
d. Perluasan bidang studi di sekolah-sekolah menengah untuk menyediakan pelatihan yang diperlukan bagi karyawan admnistrasi dan pelaksana dibidang industri, perdagangan, administrasi umum, dan pelayanan msyarakat;
e. Spesialisai pendidikan di bidang perdagangan dan industri yang didasarkan pada kebutuhan perdagangan dan industri masyarakat;
f. Pendidikan pertanian kejuruan ;
g. Pendidikan lanjutan bagi administrator, mekanik, ekonom, dan profesi-profesi utama dalam pembangunan ekonomi.


Administrasi
Amerika Latin memperoleh warisan sentralisme atas administrasi dan control pendidikan untuk waktu lama. Pola ini biasanya berarti kementrian pendidikan pemerintah nasional yang mengelola dan mengawasi sekolah dasar dan sekolah menengah, menetapkan materi pelajaran studi, serta mengangkat dan menggaji para guru.


Pasal 41 Konstitusi Kolombia menetapkan otoritas pendidikan:
Kebebasan memperoleh pendidikan dijamin, tetapi Negara akan melaksanakan pengawasan menyuluruh pada institusi-institusi pengetahuan, baik institusi negri maupun swasta untuk menjamin tercapainya tujuan social kebudayaan, pembangunan intelektual, moral, dan jasmani yang terbaik.

Aspirasi dan kesempatan pendidikan
Walaupun persamaan kondisi pendidikan dan kultur diantara Negara-negara Amerika Latin cukup mencolok, terdapat perbedaan penting pada sumber daya yang tersedia, komposisi penduduk, tradisi politik, social, dan agama, serta system pendidikan.Tabel 4, 5, dan 6 menampilkan keterangan mengenai kesempatan memperoleh pendidikan dan menggambarkan kesenjangan pendidikan di Amerika Latin.

Tabel 4. Rasio Pendaftaran Tingkat Dasar di Amerika Latin tahun 1961
Negara Persentase Peringkat
Argentina
Bolivia
Brasil
Chili
Kolombia
Kosta Rika
Kuba
Republik Dominika
Ekuador
El Savador
Guaetamala
Haiti
Honduras
Meksiko
Nikaragua
Panama
Paraguay
Peru
Uruguay
Venezuela 91
65
65
78
56
89
127
81
70
64
38
33
61
72
54
82
94
70
87
87 3
13,5
13,5
9
17
4
1
8
11,5
15
19
20
16
10
18
7
2
11,5
5,5
5,5

Catatan : Rasio pendaftaran tingkat dasar disini diartikan sebagai jumlah anak usia 7 -14 tahun yang duduk di sekolah dasar. Persentase diambil dari UNESCO, Amerika Latina, Proyecto Principal de Educacion, Boletin Trimestral no. 14, april – juni, 1962, hal. 191. Persantase ini didapat dari jumlah populasi (anak usia sekolah dan murid yang terdafatr di sekolah – sekolah – sekolah dasar) yang di peroleh UNESCO dari tiap Negara Amerika Latin. Beberapa persentase tersebut cukup dipertanyakan keabsahannya dan setidaknya ada satu kasus (kuba) yang jelas – jelas tidak akurat.

Tabel 5. Melek Huruf di Negara-negara AmerikaLatin
Negara Persentase Peringkat
Argentina
Bolivia
Brasil
Chili
Kolombia
Kosta Rika
Kuba
Republik Dominika
Ekuador
El Salvador
Guatemala
Haiti
Honduras
Meksiko
Nakaragua
Panama
Paraguay
Peru
Uruguay
Venezuela 85-90
30-35
45-50
75-80
50-55
75-80
75-80
40-45
55-60
35-40
25-30
10-15
35-40
60-65
35-40
65-70
65-70
45-54
80-85
50-55 1
18
12,5
4
10,5
4
4
14
9
16
19
20
16
8
16
6,5
6,5
12,5
2
10,5

Sumber : UNESCO, World Illiteracy at Mid-Century, Monographs on Fundamental Education, XI, Paris, 1957.

Tabel 6. Jumlah Murid yang terdaftar di Sekolah Tingkat Menengah dan Sekolah Tingkat Tinggi di Negara-negara Amerika Latin tahun 1960
Negara Tingkat Menengah Tingkat Tinggi
Persentase Peringkat Persentase Peringkat
Argentina
Bolivia
Brasil
Chili
Kolombia
Kosta rika
Kuba
Republik Dominika
Ekuador
El Savador
Gautemala
Haiti
Honduras
Meksiko
Nikaragua
Panama
Paraguay
Peru
Uruguay
Venezuela 31
12
12
23
15
28
17
5
12
13
6
3
8
12
6
30
13
17
32
20 2
13,5
13,5
5
9
4
7,5
19
13,5
10,5
17,5
20
16
13,5
17,5
3
10,5
7,5
1
6 10,0
1,3
1,6
4,5
1,8
3,7
3,2
1,8
2,5
1,1
0,8
0,3
0,9
3,1
1,0
4,5
2,3
2,8
7,6
4,3 1
15
14
3,5
12,5
6
7
12,5
10
16
19
20
18
8
17
3,5
11
9
2
5

Sumber : Persantase diambil dari UNESCO, Amerika Latina, Amerika Latina, Proyecto Principal de Educacion, Boletin Trimestral no. 14, april – juni, 1962, hal. 146. Seperti halnya table sebelumnya, keabsahan statistic di atas masih di pertanyakan.

Sekolah-sekolah Amerika Latin bukanlah institusi yang berasal dari perwujudan kepentingan dan aspirasi komunitas local. Kendati seluruh bangsa berikrar secara resmi untuk melaksanakan prinsip pendidikan wajib dan mengakui adanya kebutuhan mewujudkan “Warga Negara yang terpelajar ,“ tradisional social masih melestarikan elitisme. Stuktur kelas social menyebabkan “rakyat terkondisikan untuk melepaskan hak atas pendidikan”. Selain itu, hubungan paternalistic antara patron (tuan tanah) dan peon (buruh tani) kerap menempatkan keputusan untuk bersekolah atau tidak ditangan patron. Tak diragukan lagi, banyak patron berpendapat, “kami membutuhkan peon, bukan gelar atau ijazah”.

Murid-murid sekolah di Amerika Latin biasanya masuk kesekolah menengah untuk mempertahankan atau meningkatkan status social serta untuk mempersiapkan diri untuk bekerja. Barang kali sekolah menengah adalah yang paling berhasil dalam mempertahankan posisi mereka dan agak kurang efesien dalam memperjuangkan mobilitas social.

Kurikulum pendidikan menengah mempunyai ciri fragmentasi dan pendekatan menyeluruh terhadap ilmu pengetahuan. Acapkali siswa harus mengikuti 12 mata pelajaran atu lebih sekaligus. Sehingga menimbulkan berbagai macam masalah pengajaran .

Keterbatasan penyediaan pendidikan dasar, peran elite secara histories atas sekolah menengah, dan pemiskinan ekonomi menyebabkan kesempatan memperoleh pendidikan pada tingkat menengah menjadi sangat terbatas (lihat tabel 8). Seperti terlihat pada tabel 7, peningkatan jumlah siswa sekolah menengah sejak 1940 telah jauh melampaui tingkat pertumbuhan penduduk.

Tabel 7 Jumlah Siswa Sekolah Menengah Dihubungkan Dengan Peningkatan Jumlah Penduduk di Beberapa Negara Amerika Latin.
Negara Tahun Persentase peningkatan
Sekolah menengah Persentase peningkatan
Jumlah penduduk
Brasil
Kosta Rika
Chili
El Salvador
Meksiko
Panama
Paraguay
Republic Dominika
Uruguay 1940-1960
1941-1954
1940-1953
1935-1954
1940-1954
1948-1953
1951-1954
1930-1955
1949-1954 380
265
104
868*
266
53
26
580*
47
60
48
22
39
46
14
7
87
7

*Dimulai dari jumlah awal yang sangat kecil (sekitar 1.200)
Sumber : Robert J. Havighurst dan Jayme Abreu, “The problem of secondary Education and in Latin America”, Comparative Education Review, vol. 5, no. 3, Februari, 1962, hal. 168. Sumber asli : Gustava Zakrzewski, Centro Regional de La UNESCO en el Hemisferio Occidental, Havana, Kuba.

Pendidikan Universitas
Secara tradisional, universitas di Amerika Latin pada hakekatnya merupakan gabungan antara sekolah, fakultas, dan menyusul kemudian,lembaga riset- yang kesemuanya bersifat individual.
Administrasi universitas sebagian besar terpusar pada jabatan rector. Wewenang rector hanya dibatasi oleh dewan universitas dan mentri pendidikan yang memegang control keuangan dalam hal-hal tertentu.

Universitas-universitas terpandang di Amerika Latin telah melalui dua rovolusi pada abad ini. Revolusi pertama bermula di Cordoba pada 1918, dan dampaknya yang tetap melekat sebagian besar bersifat politik dan social, walaupun dampak yang kedua dan bersifat lebih akademik secara langsung sepenuhnya diabaikan.

Status universitas di Amerika Latin tergambar dengan baik dengan apa yang disebut “Pemujaan (cult) pada gelar dokter” prestise gelar “dokter” menggambarkan nilai simbolis yang ada pada pendidikan tinggi.

Persentase mahasiswa kedokteran dan hukum di Amerika Latin sangat besar dibandingkan diwilayah-wilayah lain yang secara ekonomi sudah maju. Hanya segelintir saja mahasiswa Amerika Latin yang mempersiapkan diri mereka untuk bekerja dibidang teknologi, administrasi bisnis, ataupun ilmu pertanian. Pendidikan yang ditawarkan dalam ilmu social terapan atau ilmu pengetahuan alam tidak banyak, sehingga mahasiswa yang menginginkan pendidikan lebih maju dalam bidang-bidang ini harus mencarinya keluar negeri.

Tabel 8 Jumlah Siswa Sekolah di Amerika Latin tahun 1960 (dalam ribuan)
Negara Dasar Menengah Tinggi
Argentina
Bolivia
Brasil
Chili
Kolombia
Kosta Rika
Kuba
Republik Domonika
Ekuador
El Salvador
Gautemala
Haiti
Hondoras
Meksiko
Nikaragua
Panama
Paraguay
Peru
Uruguay
Venezuela 2.902
424
8.014*
1.108
1.674*
198
1.363
499
595*
290
297
238
205
4.807
153*
162
305
1.433
322
1.095 606
57*
1.17*7
230
286*
35
122
22
67
34
27
19
15
487*
10*
39
28
202
87
148 166,1
4,0*
93,2
26,9
22,9*
3,8
19,2
5,0*
9,0*
2,4
3,0
0,9
1,5
87,0*
1,3
3,9
3,3
26,6+
16,0*
24,9
*Perkiraan
+Pendidikan pertanian tidak diikutsertakan
#1959
Sumber : Data diambil dari UNESCO, America Latina, Proyecto Principal de Educacion, Boletin Trimestral, no. 14, April-Juni, 1962, hal. 145.


Inovasi dan Percobaan
Keberhasilan agenda pendidikan dibatasi oleh ketiadaan data yang memadai, kurangnya tenaga ahli, tradisi pendidikan dan kebudayaan yang sudah berlangsung lama dan sulit diubah, dan kecendrungan terhadap pendekatan projectismo (konsep agenda seakan-akan sebuah latihan intelektual dengan sedikit memperhatikan situasi atau masalah implementasi).

Indikasi lain pentingnya pendidikan yang kini mendapat tempat oleh para pemimpin Amerika Latin ialahtumbuhnya perhatian atas agenda pendidikan sebagai sarana merealisasikan tujuan keadilan social dan pembangunan ekonomi. Sehubungan dengan pengertian ini, kini sedang diupayakan inovasi pendidikan yang berarti, mulai dari sekolah dasar pedesaan hingga universitas bergengsi.

Percobaan lain yang signifikan bermula pada awal 1930-an, namun belakangan memperoleh kekuatan yang cukup kuat adalah nucleos ascuelas di Bolivia, Gautemala, dan Peru. “ Sekolah-sekolah inti (nucleus atau dasar)” ini berupaya memperkaya dan memperluas pendidikan desa di tengah sangat terbatasnya kekayaan financial desa-desa di Amerika Latin Pemerintah Bolivia dan Peru memandang sekolah inti terutama sebagai sarana untuk memecahkan “ persoalan kaum Indian”,yaitu memberikan kaum Indian motivasi, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan standar hidupnya.

Program baru dalam pendidikan menengah
Sebagian besar perubahan yang terjadi belakangan pada pendidikan menengah dipusat pada peningkatan kesempatan pendidikan kejuruan, sekolah malam, dan penataan lainnya bagi kaum muda dan orang dewasa putus sekolah. Dampaknya turus-menerus dilakukan upaya untuk memahami bahwa pendidikan menengah tidak hanya mencerminkan pemikiran kelas atas.

Barangkali percobaan paling rovolusioner dalam pendidikan menengah akademik di Amerika Latin terjadi di Chili. Tahun 1945, para pakar pendidikan Chili membentuk Komisi untuk Pembaruan Bertahap Pendidikan Menengah. Selanjutnya mereka berupaya merancang kembali pendidikan di Liceo, dengan alasan metode pengajaran yang lebih dinamis dan kurikulum yang kurang klasik akan lebih baik dalam mendukung pembangunan nasional.

Sebuah inovasi yang dicobakan pada tingkat universitas adalah penambahan program pada pendidikan umum yang secara tradisional diserahkan pada sekolah menengah. Para Pengamat dari Amerika Utara cenderung menyambut baik inovasi ini sebagai suatu langkah progresif yang penting, dengan meyakini bahwa program-program ini akan menjadi pengembang sepsialisasi yang berlebihan. Sampai tahap itu, inovasi ini masih terus berlangsung, perubahan yang terjadi masih dapat dibenarkan; tetapi seperti yang dicatat oleh beberapa pendidik Amerika Latin, program-program itu hanya memindahkan cacat pendidikan menengah ketingkat universitas. Inovasi lain melibatkan upaya untuk manggabungkan sekolah guru dengan universitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

21 Pacar Ronaldo