Sambutan Presiden RI Pada Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke 67



 SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HARI ULANG TAHUN KE-67 PGRI
DI SENTUL INTERNATIONAL CONVENTION CENTER
TANGGAL 4 DESEMBER 2012



Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua,

Para Tamu dan Undangan yang saya muliakan, Pimpinan PGRI dan para Guru yang  saya cintai dan saya banggakan, Alhamdulillah, pada hari yang membahagiakan ini kita kembali hadir di tempat ini, untuk menyatukan langkah kita, dalam rangka memajukan pendidikan nasional kita, dan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan guru di seluruh Tanah Air. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah dan selaku pribadi, saya mengucapkan selamat memperingati Hari Guru Nasional Tahun 2012 ini, dan selamat memperingati Hari Ulang Tahun ke-67 PGRI.

Saya juga ingin mengucapkan selamat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada semua yang tadi telah menerima tanda penghargaan dari negara. Teruslah menjadi teladan, teruslah berprestasi dan teruslah meningkatkan pengabdian kepada dunia pendidikan dan kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

Guru memang harus memberikan teladan. Kata-kata guru itu sendiri gu yang dalam komunitas Jawa sering diistilahkan digugu, diikuti. ru itu ditiru atau diteladani. Dengan demikian, seorang guru yang baik agar diikuti dan diteladani oleh murid-muridnya, oleh semua, maka harus memberikan contoh yang terbaik dengan cara memberikan atau mencontohkan atas sikap dan perilakunya yang baik.


Saudara-saudara,

Tadi telah sama-sama kita dengar dan kita simak berbagai sambutan, pertama-tama dari Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, sahabat saya, Dr. Sulistyo, yang tidak pernah berhenti memperjuangkan nasib dan masa depan guru. Kalau ketemu saya idenya banyak demikian juga permintaannya kepada pemerintah, tetapi itu sah dan halal karena bukan memperjuangkan kepentingan pribadi tetapi kepentingan PGRI dan para guru. Kita juga mendengarkan sambutan Gubernur Jawa Barat, Bapak Achmad Heriawan, yang saya juga tahu memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan pendidikan di Jawa Barat. Dan tentu menteri kita, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Muhammad Nuh, dengan kiasan-kiasan dan contoh-contoh yang tadi itu, yang juga siang dan malam memikirkan, mengupayakan, dan sekaligus melaksanakan semua kebijakan dan program pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan, termasuk meningkatkan kesejahteraan guru dan para dosen. Saya mengucapkan terima kasih atas komitmen dan pikiran-pikiran cerdasnya tadi. Yang penting Saudara-saudara, mari kita laksanakan semua cita-cita dan pikiran baik itu, untuk dunia pendidikan kita serta untuk masyarakat, bangsa, dan negara yang sama-sama kita cintai.



Hadirin sekalian yang saya hormati, Rasanya sudah amat banyak yang saya sampaikan sejak tahun 2004 yang lalu, sejak saya mengawali tugas untuk memimpin negeri tercinta ini, hal-hal yang berkaitan dengan upaya memajukan pendidikan nasional kita. Dan utamanya upaya meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan para guru dan para dosen. Dan tentunya apa yang kami pikirkan dan lakukan ini, bukan sekedar berbicara atau talk only, tetapi juga kami kembangkan dalam sejumlah kebijakan, peraturan, dan aksi-aksi nyata agar semua itu bisa dilaksanakan. Not only talk tetapi juga take action karena bagi kita satunya kata dengan perbuatan itu amat penting.

Saya mengajak seluruhnya, pejabat jajaran pemerintah termasuk Gubernur, Bupati, dan Walikota, apa yang kita katakan mari kita laksanakan. Dengan demikian akan membawa kebaikan yang nyata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saudara-saudara,

Kita terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pendidikan di seluruh Tanah Air, termasuk kualitas dan infrastrukturnya, termasuk peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru. Saya pribadi aktif berkeliling ke seluruh wilayah Tanah Air untuk memastikan semua yang kita rencanakan ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Bukannya saya tidak percaya kepada menteri, kepada gubernur serta kepada bupati dan walikota, tetapi sebagai pemimpin saya berkewajiban untuk melakukan pengawasan dan memberikan koreksi-koreksi jika diperlukan, terutama menyangkut hal-hal yang belum baik.

Sambutan kali ini akan saya sampaikan secara lebih singkat dan lebih langsung, utamanya menyangkut apa yang harus kita lakukan bersama di tahun-tahun mendatang ini. Saya tentu wajib mengingatkan kepada Saudara semua bahwa tujuan utama, atau sasaran pokok didalam pendidikan yang kita laksanakan adalah tiada lain mencetak dan menciptakan manusia dan bangsa Indonesia yang cerdas, yang berdaya saing dan yang unggul. Mari kita patrikan di hati sanubari kita, kita menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan di negeri ini tiada lain, untuk sekali lagi menghadirkan manusia-manusia Indonesia. Hakekatnya bangsa Indonesia yang cerdas, berdaya saing dan unggul, yang semuanya itu merupakan modal dan prasyarat bagi upaya kita semua memajukan kehidupan bangsa.

Saudara-saudara,



Untuk mencapai tujuan dan sasaran itu, pada kesempatan yang baik ini saya ingin menyampaikan semacam kontraktanggung jawab. Artinya, mari kita berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab. Secara nasional yang bertanggung jawab saya, namun demikian karena dunia pendidikan amat luas, banyak sekali yang kita lakukan, banyak sekali pelaku-pelakunya dan itu terjadi di seluruh Indonesia, maka marilah sekali lagi kita berbagi peran, tugas, dan tanggung jawab. Saya katakan tadi kontrak tanggung jawab, yang akan mengatur siapa berbuat apa dan siapa bertanggung jawab tentang apa. Mari kita lihat satu per satu yang saya sebut dengan kontrak tanggung jawab itu.

Pertama, pemerintah baik pusat maupun daerah, tugas dan tanggungjawabnya adalah menyiapkan undang-undang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan sektor pendidikan dengan tepat. Menyangkut undang-undang, pemerintah tentu membahas dan menghadirkannya bersama DPR RI dan DPD RI. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk menyusun dan menjalankan kebijakan pendidikan yang tepat. Juga bertanggung jawab dan bertugas menyiapkan anggaran yang tepat dan mencukupi tentu sesuai kemampuan APBN dan APBD kita.

Pemerintah juga bertanggung jawab untuk membangun infrastruktur pendidikan yang diperlukan, yang makin berkualitas dan di atas segalanya tugas dan tanggung jawab pemerintah yang penting, saya ingatkan sekali lagi, adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para guru dan para dosen.

Yang kedua, tugas dan tanggung jawab lembaga pendidikan termasuk guru dan dosen, menyelenggarakan pendidikan dan sekolah sebaik-baiknya, mengejar dan mencapai hasil yang setinggi-tingginya, berorientasi kepada mutu, jangan sekedar selesai atau jangan sekedar siswa atau muridnya lulus. Juga bertanggung jawab menciptakan semangat untuk belajar, semangat dan energi, serta menciptakan lingkungan, lingkungan di sekolah, di perguruan tinggi yang kondusif untuk itu.



Dalam hal ini, PGRI dapat memainkan peran dan kontribusinya yang nyata dan konstruktif. Banyak yang telah dilakukan oleh PGRI, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan. Teruskan dan tetaplah berorientasi kepada kepentingan guru dan kepentingan dunia pendidikan. Pemerintah adalah mitra PGRI bukan lawan PGRI, karena semangat dan yang diperjuangkan juga sama. Saya ingin, dekatlah antara bupati dengan PGRI setempat, walikota denganPGRI setempat, gubernur dengan PGRI di provinsi dan tentunya saya beserta para menteri dekat dengan PGRI Pusat.

Ketiga, tugas dan tanggung jawab orang tua, tadi pertama pemerintah, kedua lembaga pendidikan itu sekolah, mengikuti, mengawasi dan ikut membimbing putra-putrinya jangan dilepas begitu saja. Tidak boleh orang tua kalau ada apa-apa lantas menyalahkan guru, menyalahkan sekolah. Bangun komunikasi dengan sekolah termasuk dengan para guru. Apalagi jika ada masalah menyangkut putra-putrinya, itu orang tua.

Yang keempat, siswa dan mahasiswa itu sendiri, mereka juga punya tugas
dan tanggung jawab. Tentu harapan kita mereka bisa bersekolah dengan baik, serius, gigih mendapatkan sebanyak mungkin dari apa yang ditempuhnya dalam sekolah atau pendidikan itu. Dan tentunya tidak sekedar mengikuti pendidikan atau sekolah itu, mottonya haruslah "sekolahku masa depanku". Kalau masing-masing siswa dan mahasiswa seperti itu, sekolahku masa depanku, pastilah akan berbuat yang terbaik, belajar yang terbaik, dan insya Allah hasilnya pun juga akan baik. Itu yang keempat.

Yang kelima, masyarakat luas, the society. Mereka juga punya tugas dan tanggung jawab untuk terus membangun tatanan masyarakat yang baik, the good society. Jangan sampai siswa ini bingung, di sekolah diajarkan yang baik-baik, di masyarakat yang dilihatnya berbeda. Ini tanggung jawab kita, tanggung jawab masyarakat, masyarakat ikut peduli pada dunia pendidikan dan membantu sekolah. Masyarakat perlu juga ikut berkontribusi dalam upaya memajukan sekolah dan dunia pendidikan, artinya tidak masa bodoh atau tidak apatis.
Yang keenam, dunia usaha, mereka juga punya tanggung jawab dan tugas,untuk membangun kerja sama yang baik antara dunia usaha dengan duniapendidikan. Jangan sampai ada yang disebut mismatch,artinya lembaga pendidikan, sekolah menghasilkan lulusan-lulusan, tetapi lulusan itu sulit mendapatkan pekerjaan, atau sulit ditampung di dunia usaha karena ternyata yang diperlukan bukan itu. Saya sudah pernah menyampaikan di masing-masing provinsi, para gubernur bersama-sama dengan lembaga pendidikan dan dunia usaha, tolong pastikan di provinsi itu, profesi apa yang sangat diperlukan untuk dia masuk dan terserap sebagai tenaga kerja di dunia usaha. Kalau klop pastilah tidak terlalu banyak engangguran, tetapi kalau tidak klop, dunia usaha memerlukan lulusan a, b, c, d, lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang lain, tentu ini tidak boleh terjadi dan mari kita benahi bersama-sama, sehingga link and match itu terjadi dan mismatch itu tidak terjadi.

Dunia usaha juga perlu ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan, contohnya dengan menggunakan program CSR (Corporate Social Responsibility), yang tentu amat membantu pendidikan dan sekolah di seluruh Indonesia. Utamanya, saya anjurkan kepada dunia usaha dengan program-program CSR-nya membantu sekolah-sekolah di daerah terpencil, pedalaman, serta komunitas yang belummampu.

Yang ketujuh, atau yang terakhir, siapa yang punya tugas dan tanggung jawab, juga pers dan media massa. Melalui media massa, pers juga ikut membangun semangat untuk di negeri ini pendidikan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, termasuk membangun iklim agar bangsa ini benar-benar gigih berjuang untuk menjadi bangsa yang unggul dan maju. Pers diharapkan, saya undang, untuk memberikan kritik-kritik yang konstruktif kepada semua pihak dalam konteks kontrak tanggung jawab tadi, manakala ada yang belum baik. Kalau yang belum baik pemerintah, kritiklah pemerintah baik pusat maupun daerah. Kalau yang belum baik lembaga pendidikan, guru, dan dosen, kritiklah pula. Kalau yang belum baik masyarakat luas kritiklah pula semua, karena kita sama-sama punya tanggung jawab, kontrak tanggung jawab tadi.

Di era demokrasi dan kemerdekaan pers dewasa ini, tetaplah ikut bertanggung jawab untuk tidak mewartakan atau menyiarkan sesuatu yang bisa merusak anak-anak kita, masyarakat kita. Tidak disadari berita dan tayangan di media cetak, media elektronik, televise misalnya, itu ikut membentuk nilai, karakter, dan perilaku anak-anak kita bahkan masyarakat luas.

Oleh karena itu, marilah bersama-sama menyelamatkan anak-anak kita, menyelamatkan masa depan kita dengan cara pers pun ikut memberikan kontribusinya yang positif dalam dunia pendidikan.

Saudara-sauadara,

Yang terakhir adalah harapan dan ajakan saya kepada para Guru, sekali lagi terima kasih atas karya dan pengabdian Saudara-saudara yang selama ini dilaksanakan dengan gigih di seluruh Tanah Air. Terima kasih dan penghargaan khusus saya sampaikan kepada para guru yang bertugas di daerah yang tidak mudah, yang penuh tantangan. Saya sering berjumpa dengan mereka, ketika saya mengunjungi ujung-ujung atau pelosok-pelosok negeri kita. Saya sekali lagi salut, terima kasih dan mengucapkan penghargaan yang tinggi.

Pemerintah, tolong dicamkan dalam hati, akan terus memikirkan dan meningkatkan kesejahteraan para guru. Tentu pemerintah juga ikut bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi para guru. Saya berharap juga muncul kesadaran yang tinggi dari para guru, untuk betul-betul meningkatkan dan kemudian menjaga kompetensinya. Ketika para guru mendidik, membimbing, dan mengajari murid-muridnya, maka saya berpesan sayangilah mereka, sayangilah anak-anak kita seperti Bapak-Ibu menyayangi putra-putrinya sendiri.



Sebelum saya akhiri tadi ada titipan sponsor dari Ketua Umum PGRI, juga disampaikan oleh Prof. Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, saya juga menginstruksikan setahun ke depan ini benahi dan tata peraturan pemerintah yang ada sekarang ini, agar bagi guru baik yang negeri maupun yang swasta itu lebih mendapatkan jenjang karier atau pembinaan yang lebih baik termasuk urusan kesejahteraannya.

Tentu Saudara-saudara semua itu harus disesuaikan dengan kemampuan negara, kemampuan APBN dan APBD. Tidak mungkin dan tidak boleh dan dilarang agama kalau kita berhutang ke negara lain untuk meningkatkan itu. Kita gunakan kemampuan kita. Tetapi saya optimis. Alhamdulillah dengan kerja keras kita semua, ekonomi kita tetap tumbuh baik. Mari kita jaga bersama-sama. Kalau ekonomi tumbuh dengan baik, penerimaan negara meningkat, APBN meningkat, anggaran pendidikan meningkat, kesejahteraan guru pasti meningkat.


Ajak seluruh rakyat Indonesia, ajak para elite politik, ajak semua untuk menjaga stabilitas politik, untuk menjaga tegaknya hukum dan keadilan, untuk memastikan investasi dan dunia usaha berkembang dengan baik, untuk memastikan tidak ada korupsi yang terjadi di mana-mana dan itu perjuangan kita, itu jihad kita. Kalau semua bertanggung jawab membikin negara kita ini makin baik, makin aman, makin tertib, makin stabil, terbuka
peluang investasi dan dunia usaha, maka ekonomi tumbuh dan pertumbuhan ekonomi tiada lain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, termasuk kesejahteraan para guru.

Pertama, Mendikbud akan mulai bekerja, silakan berkonsultasi dengan PGRI dan pihak-pihak terkait.
Yang kedua, tadi saya tertarik dengan banyaknya guru yang menjadi korban pasca-Pilkada. Itu tidak boleh terjadi. Saya ingatkan kepada siapa pun pemimpin-pemimpin yang dipilih oleh rakyat, yang mengikuti pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah, melakukan tindakan-tindakan yang tidak sepatutnya, tidak boleh membawa guru di arena politik, tidak boleh membawa...., tidak boleh membawa birokrat ke arena politik, mereka harus netral dan independen.

Kalau mereka mempunyai hak politik masing-masing, ada aturannya. Silakan gunakan hak politik masing-masing dengan aturan yang ada. Tetapi jangan dicampuradukkan antara kepentingan orang-seorang dengan kepentingan yang itu menyangkut negara, pemerintah, dan profesi yang harus bebas dari kepentingan politik praktis.

Saya ingin, tentu Menteri Dalam Negeri mengeluarkan aturan yang lebih pasti untuk membikin tenteramnya para guru, jangan terombang-ambing, jangan bingung, jangan pula menjadi korban atas pelaksanaan Pilkada di banyak tempat di negeri ini. Saya kira itu etika politik yang harus kita tegakkan dan begitu sebetulnya kehidupan yang baik di negeri kita.

Saudara-saudara itulah yang dapat saya sampaikan, dan akhirnya saya ucapkan selamat bertugas kepada para Guru, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT membimbing, meridhoi dan melindungi Bapak-Ibu Guru sekalian.


Sekian,
Wassalamu'alaikum warakhmatullahi wabarakatuh.



Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan, Kementerian Sekretariat Negara RI

Sekretariat Negara Republik Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ESENSI SUPERVISI PENDIDIKAN

21 Pacar Ronaldo

PENDIDIKAN DI AMERIKA LATIN DARI KOLONIALISME HINGGA NASIONALISME oleh Tuah Manurung