Pendidikan Karakter Ala Iwan Fals



PENYANYI balada dan country yang telah menjadi legenda hidup di Indonesia, Iwan Fals belakangan rajin menanam pohon di berbagai tempat di Indonesia. Virgiawan Listanto - nama asli Iwan Fals - yang lahir di Jakarta, 3 September 1961 ini juga sedang getol berbicara tentang lingkungan hidup, alam, hutan dan pohon.

"Ada kata-kata yang menggores hati ketika aku melihat sebuah tulisan di Bengkel Teater Rendra: Jangan Sakiti Pohon. Terbukti di penelitian, pohon bisa stress juga. Aku pernah dengar kalau pohon didengarkan musik pohonnya jadi sehat. Aku kaitkan pula dengan keyakinan agamaku sebagai muslim, setiap daun di pepohonan itu bertasbih. Lalu dalam keadaan apapun pohon harus dilindungi. Dalam perang, anak-anak, wanita, dan pohon harus dilindungi. Bahkan: walaupun besok kiamat, menanam pohon tidak boleh ditunda. Jadi begitu mulianya pohon," kata Iwan Fals di rumahnya yang asri dan penuh pepohonan di Leuwinanggung, Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Berikut petikannya.

Belakangan Anda terlibat langsung dengan gerakan menanam pohon. Mengapa?
Bermula dari kebutuhan manusia akan oksigen. Aku menyadari manusia nggak bisa hidup tanpa oksigen. Cerita orang-orang pintar tentang lingkungan, tentang global warming atau pemanasan global kan akibat ulah manusia juga. Kutub utara sudah mencair, malah ada yang bilang bumi sudah tidak bundar lagi sehingga putarannya enggak bener dan cuaca tak bisa diduga.

Jaman dulu para penjajah Belanda, Portugis, Jepang dan saudagar dari Arab, India, China dan bangsa-bangsa lainnya mencari rempah-rempah di Indonesia. Lantas kenapa mesti kita lupakan bahwa kita kaya dengan hasil alam. Sebenarnya hal inilah yang semakin meyakinkan aku bahwa kita harus menanam pohon. Singkong, papaya, pisang dan pohon-pohon lain. Wah ini memang anugrah dari Tuhan kepada bumi kita dan kita harus merawatnya.


Untuk menyelamatkan dunia harus ada kesadaran manusia?
Jawaban yang paling konkret ya menanam pohon. Hanya memang kesulitannya, merawat pohonnya itu. Kalau menanam pohon kan gampang. Merawat, tumbuh dan untuk itu perlu kasih sayang dan menyadari pula bahwa manusia sangat bergantung juga dengan pepohonan itu.

Ada kesadaran dunia tentang protokol Kyoto misalnya. Pemerintah Indonesia juga mulai melakukan moratorium, dua tahun diistirahatkan penebangan hutan. Jadi aku semakin yakin. Kalau kebutuhan pribadi aku ya aku punya anak Rayya Rambu Robbani umur 8 tahun kelas 2 SD tanggung jawab aku juga. Bagaimana kalau dia besar dia nggak punya rasa sayang sama pepohonan atau nggak ada oksigen yang bagus buat dia. Bagaimana dia nanti mau berketurunan.

Dari segi ekonomi. Tadi becanda, ada orang yang kawin ngasih mas kawin pohon. Pohon mangga atau rambutan. Tiga atau empat tahun lagi panen. Kan ada penghasilan buat keluarga muda itu. Pada saat anak berumur tujuh tahun dia sudah punya penghasilan. Kita bisa berharap dari buah-buahan. Kalau nggak punya lahan tanamlah pohon di pot. Program transmigrasi juga memungkinkan kita untuk memiliki tanah.

Terhadap para pembalak liar yang menebang dan merusak hutan ...
Mungkin kebutuhan orang. Hanya memang cukong-cukong itu yang hidup dari kayu. Yah .. itu urusan polisi.

Manusia membutuhkan hutan untuk hidup ...
Kita butuh hutan belantara, butuh hutan di desa dan butuh hutan di kota. Kalau nggak ya nggak serasi tidak ada harmoni. Setiap orang memang harus diberikan kesadaran tentang pentingnya fungsi hutan dan menanam pohon. Bagaimana hutan memiliki nilai ekonomis. Jangan menebang pohon tapi harus menanam pohon yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pohon kan ada yang diambil kayunya, getahnya, buahnya, jadi obat-obatan dan lain-lain.
Kita cenderung berpikir pendek saja. Untuk melebarkan lahan tebang pohon. Padahal, pohon yang ada di hutan umurnya ratusan sudah tahun. Walaupun ada sementara kebijakan menebang satu pohon menanam enam pohon. Cuma yang ditebang pohon yang berusia 100 tahun ya nggak sebanding kan? Itu kebijakan yang lalu.

Kalau kebijakan tentang hutan sekarang bagaimana?
Sekarang saya dengar dari Pak Menteri Kehutanan ada kebijakan tidak boleh menebang pohon. Ya alhamdulillah. Paling tidak mengistirahatkan hutan dari penebangan pohon. Jadi intinya dari kebutuhan manusia. Ingat pula bahwa dunia banyak berharap pada kita. Jadi bukan cuma untuk ratusan juta orang tapi untuk enam miliar manusia di dunia. Benteng terakhir dari pencairan es di kutup utara. Pesisir kita jadi terancam. Terus hutan-hutan bakau kita, terumbu karang harus kita lestarikan kalau tidak bisa mengundang bencana.

Anda semakin fokus ke alam dan hutan?
Faktor usia barangkali. Dulu nyanyi tentang lingkungan buat gagah-gagahan saja. Aku (dulu) nyanyi tentang hutan dan erosi. Sekarang ini tidak ada pilihan lain. Ini jawaban buat krisis lingkungan hidup, alam dan hutan. Dan faktanya kita sudah terancam dari-mana-mana, dari atas dari bawah. Enggak ada jalan, kecuali kerja untuk kehidupan. Caranya masing-masing. Tak ada istilah terlambat.

Anda mengajak fans dan OI (Orang Indonesia) untuk menanam pohon?
Kita ajak mereka menanam pohon. Dulu ada gerakan Indonesia Menanam di Kemayoran dan aku terlibat juga. Kita juga menanam di Jonggol. Kami juga menanam mangrove di Pekalongan, Cianjur, dan lainnya.

Gerakan menanam pohon ini untuk menyelamatkan alam?
Menteri Kehutanan yang dulu, MS Kaban tahun 1997 bicara kepada aku, kalau hutan kita nggak ditanami lagi maka dalam waktu 15 tahun ke depan hutan kita akan habis. Kemudian sekarang kebijakan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan tidak boleh menebang hutan.

Aku juga mengikuti program Indonesia Menanam. Jutaan pohon ditanam. Teman-teman dari Orang Indonesia (OI-wadah fans Iwan Fals) juga ikut menanam. Terus Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono ada kegiatan menanam satu juta pohon. Terus sekarang ini program menanam satu miliar pohon. Nggak tahu yang satu juta pohon itu sudah tumbuh seperti apa. Yang di Kemayoran sih aku lihat sudah lumayan. Di Cianjur pohon yang aku tanam aku lihat sudah besar.
Aku juga dengar Djarum bahkan punya program menanam 13 miliar pohon. Aku pernah datang ke Semarang, Demak dan Kudus menanam pohon di banyak tempat. Di pinggir sungai menanam pohon Trembesi. Yang menarik lagi, tentara ikut menanam. Wah agak tenang. Karena kan soal peralatan, soal disiplin, dan lainnya tentara punya kemampuan. Ketimbang perang tentara mendingan menanam pohon saja ha ha ha ha ha ...

Aku hormat benar sama hijrahnya tentara menanam pohon. Kenapa? Bagaimana kita bisa menang perang kalau kita sudah kalah duluan dengan banjir, longsor dan bencana alam lainnya. Itu becanda, tapi masuk akal buat aku. Mungkin, keasadaran menanam tentara karena hal itu. Ya akhirnya bergiatlah mereka.

Anda juga masuk ke Pesantren?
Ya pesantren aku sambangi juga. Ada 26 pesantren. Setiap pesantren aku tanam seribu pohon. Menariknya, di pesantren itu kan pohonnya dijagain santri. Bahkan ada beberapa pesantren yang mewajibkan kalau santri menanam pohon dan pohon yang ditanamnya tidak hidup maka nilainya tidak bagus dan yang menilai kiai-nya. Temen-teman OI di enam kota di Jawa, Blitar, Lamongan, Cirebon dan lainnya juga menanam ribuan pohon. Hanya saja teman-teman OI kesulitan untuk perawatan pohon yang telah ditanamnya. Tapi usaha menanam pohon itu harus kita apresiasi.

Kampus juga tidak mau ketinggalan ya?
Hampir semua kampus mengajak aku dan mereka peduli dengan gerakan menanam pohon ini. Misalnya, Universitas Al Azhar, Universitas Paramadina dan lain-lain. Mudah-mudah itu menjadi pencerahan.

Makna apa yang Anda bisa petik dari pohon?
Ada kata-kata yang menggores hati ketika aku melihat sebuah tulisan di Bengkel Teater Rendra: "Jangan Sakiti Pohon". Terbukti di penelitian, pohon bisa stress juga. Aku pernah dengar kalau pohon didengarkan musik pohonnya jadi sehat. Aku kaitkan pula dengan keyakinan agamaku sebagai muslim, setiap daun di pohonan itu bertasbih. Lalu dalam keadaan apapun pohon harus dilindungi. Dalam perang, anak-anak, wanita, dan pohon harus dilindungi. Bahkan: walaupun besok kiamat, menanam pohon tidak boleh ditunda. Jadi begitu mulianya pohon. Aku ucapkan alhamdulillah saja, ini persoalan dunia akhirat.

Pokoknya sekarang kita harus menanam pohon. Ini persoalan kehidupan. Memang kita tahu bahwa kita bakalan mati, tapi tugas kita dalam hidup adalah berjuang. Kalau nggak ya nggak ada maknanya hidup kita ini. Perjuangan yang masuk akal buat aku adalah menanam pohon dan memeliharanya serta memetik manfaatnya.

Kalau menebang pohon, penjahat dan orang yang baik pun sama-sama mati karena dampak dari penebangan pohon itu. Pembalak hutan misalnya cukong-cukong itu kan nggak dapat oksigen juga. Sama aja bunuh diri. Kalau kita mau hidup ayo kita menanam pohon.

Mereka yang menebang pohon dan merusak hutan bagaimana?
Mungkin karena mereka nggak tahu, karena cari duit mereka. Mereka anggap gampang cari uang banyak dengan menebang pohon di hutan. Makan tuh duit, kalau nggak ada oksigen bagaimana kita hidup. Pohon ditebang dan air tanah nggak ada, ya mati kan manusia tanpa oksigen dan air.

Jadi ke depan gerakan menanam pohon harus terus dilakukan ...
Kalau kita cinta sama alam maka alam pun akan menjaga kita. Aku percaya itu. Aku sangat yakin ada manfaatnya menanam pohon. Dari pohon kita sebenarnya sudah bisa hidup. Harapan aku masyarakat lebih menyadari betapa alam, hutan, pohon, harus kita lestarikan dan bisa hidup harmonis dengan kehidupan manusia. Sesama mahluk hidup jangan saling mengganggu. Mudah-mudahan kesadaran tersebut semakin tumbuh.

Kesadaran untuk semua kalangan ...
Iya. Semua ini sangat tergantung kepada manusianya. Sampai lebaran monyet pun kalau menanam, menanam, menanam, kalau tidak didukung manusianya akan sia-sia. Kalau menanam terus nggak disiram kan juga sia-sia. Sehebat-hebatnya alam, kalau manusianya nggak mendukung kan juga sia-sia.
Progam ini berjalan bila ada kerja sama. Nggak bisa cuma pemerintah saja. Kita semua harus ikut terlibat dalam menanam pohon. Aku gembira, karena gerakan menanam pohon ini dilakukan oleh banyak kalangan dan profesi bahkan sampai para pelajar. Tinggal pemerintahnya harus menunjukkan bahwa gerakan menanam pohon ini bukan basa-basi tapi betul-betul total. Total masuk ke pohon, menghayati detailnya, ayo kita ikut jaga pohon itu.

Nggak ada urusannya dengan politik?
Nggak ada itu politik. Nanti, politik belakangan kalau sudah rimbun setelah teduh, baru kita politik lagi ha.. ha.. ha... Jangan main politik lantas merusak pohon. Sambil ngomong politik di bawah pohon rambutan eh .. jatuh rambutan, rambutan rapiah lagi he he he ...

Bagaimana pendapat Anda dengan banyak orang kaya dari mengekspoitasi hutan dan pohon?
Kalau mereka yang menebang hutan dan menjadi kaya ya itu urusan lain lah. Kalau memang ada unsur kriminalnya ya itu urusan polisi. Ada yang mengurusnya. Lebih baik kita menanam pohon daripada sama sekali tidak menanam pohon. Mudah-mudahan gerakan menanam pohon ini tidak hanya sekadar jadi topeng atau apa gitu. Sudah nggak ada urusan dengan politik. Menanam saja sudahlah ... Djarum (perusahaan rokok) punya target menanam pohon 13 miliar pohon. Apa karena dia mau menghapus dosa atau karena apa nggak tahu. Aku melihat sisi baiknya saja. Soal yang lain-lain aku nggak tahu.

Negara-negara Barat sangat peduli terhadap Indonesia terkait dengan program pelestarian hutan ...
Kita harus sepakat dulu. Menghilangkan pohon juga menghilangkan sumber makanan. Bunuh diri. Ada yang berpikir ke depan kan urusan anak cucu kita. Sekarang kita mengambil duitnya dulu. Nggak tahu aku kalau soal begitu-begitu. Mereka ingin senangnya saja. Setiap jaman menyelesaikan masalahnya sendiri. Ya kalau pikirannya seperti jangan salahkan alam atau jangan mengeluh kalau ada musibah bencana alam.
Perusahan-perusahaan besar pertambangan kan mengeksplotasi alam. Bagaimana ya caranya memberikan penyadaran-penyadaran agar mereka benar-benar selektif dalam memanfaatkan alam. Harus seimbang, memanfaatkan alam lalu mengembalikannya lagi ... aku nggak paham. Jangan merusak alam lah.

Apa Anda sadar bahwa yang Anda lakukan ini bentuk kritik juga?
Aku sudah nggak berpikir seperti itu. Aku nggak tahu, jalani saja. Kalau itu dianggap kritik ya alhamdulillah. Ya sudah kerja saja. Seperti teman-teman aktivis lingkungan hidup yang mengkritisi mereka yang merusak alam, menebang pohon, itu urusan polisi. Nanti polisinya brengsek ya digulung saja polisinya. Aku nggak tahu lah ... Nanti alam yang menggulunglah. Kita mengerti, kalau ada kejahatan itu urusan polisi lalu polisi kongkalikong. Nanti polisinya dimarahi oleh DPR. Lalu DPR-nya brengsek ya dimarahi lagi sama rakyat. Nah rakyatnya sewenang-wenang ... nanti alam lah yang marah.
Dulu aku berpikir seperti itu juga. Akhirnya nggak bergerak. Ya sudah pokoknya yang ngasih pohon aku tanam. Dari mana pun pohon itu akan aku tanam.

Beberapa waktu lalu banyak bencana terjadi di Indonesia. Pandangan Anda?
Pasti ada kaitannya dengan ekosistem kita ya. Salah dalam mengelola alam. Bencana Wasior di Papua misalnya. Bagaimana menyadarkan masyarakat akan pentingnya ekosistem alam, menjaga dan melestarikan alam. Peran guru, peran orangtua, peran lembaga swadaya masyarakat, peran pemerintah dan peran para ahli. Kalau ada yang merusak alam dan terindikasi kriminal ya itu wilayah polisi dan pengadilan. Kalau itu melibatkan perusahaan besar atau apa ya dipanggil dong. Bagaimana nih pertanggung jawabannya?

Faktanya bencana alam tetap terjadi?
Terlalu sering kita mengalami. Aku nggak berani ngomong imun. Ya sudah mari kita kerja, kita doakan yang meninggal semoga mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan tabah dan sabar. Pemerintah bisa memberikan yang terbaik bagi mereka yang terkena musibah bencana alam. Semua orang ingin membantu kalau ada yang tertimpa musibah.

Apakah kita salah dalam mengelola alam?
Di luar ketidakbecusan kita mengelola alam, ada hikmah lain bahwa ada cara Tuhan untuk kita mulai saling berkomunikasi satu sama lain. Betapa pentingnya alam. Barangkali itu, kita selama ini nggak ada komunikasi. Seperti gelas yang jatuh dan pecahannya kita tak bisa menduga kemana. Harus ada kesadaran baru tentang pengelolaan alam. (AFG)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ESENSI SUPERVISI PENDIDIKAN

21 Pacar Ronaldo

PENDIDIKAN DI AMERIKA LATIN DARI KOLONIALISME HINGGA NASIONALISME oleh Tuah Manurung